Rabu, 11 April 2012

Bagaimana Cara Menjaga Kekudusan Hidup?


Mazmur 119:9-16.

            Sdr, Josh McDowell, dalam bukunya yang berjudul, “Right from Wrong” menuliskan bahwa dalam beberapa tahun yang lalu di Amerika Serikat diadakan survei mengenai kehidupan remaja-remaja, dan hasilnya sebagai berikut:
1000 gadis remaja yang belum menikah telah menjadi ibu
1106 gadis remaja menjalani abortus
4219 remaja terjangkit penyakit kelamin 
500 anak remaja menggunakan obat terlarang
                                                            
Angka-angka di atas terjadi setiap hari dan saya yakin bahwa jumlah ini terus bertambah sampai dengan hari ini.  Bagaimana dengan orang-orang Kristen? Tidak sedikit jumlah orang-orang yang mengaku dirinya sebagai pengikut Tuhan, namun hidupnya masih berkubangan di dalam dosa dan dosa. 

Sdr, sebelum seseorang bertobat dan menerima Kristus sebagai juruselamatnya, mungkin ia tidak banyak memikirkan tentang dosa.  Bagi orang yang belum bertobat, dosa bukanlah suatu masalah besar yang harus dihindari, bahkan mungkin sebaliknya bagi mereka, dosa adalah seperti seorang sahabat dekat yang begitu akrab.   

Namun, setelah seseorang percaya kepada Yesus, maka secara otomatis ia telah dibebaskan dari dosa dan memasuki sebuah kehidupan yang berbeda, yaitu sebuah kehidupan bersama dengan Allah. Kehidupan bersama dengan Allah ini adalah sebuah kehidupan yang berdasarkan kepada kekudusan. Sebab, Allah yang kita sembah adalah Allah yang kudus, dan oleh karenanya kita juga harus memiliki hidup yang kudus. 

Namun dalam menjalani kehidupan ini, harus kita akui bahwa tidaklah mudah untuk menjaga hidup tetap kudus di hadapan Tuhan. Seringkali godaan baik dari kedagingan kita atau dari dunia dan iblis menjerat kita untuk berbuat sesuatu yang bertentangan dengan hukum Tuhan dan jelas itu pasti berdosa!

Oleh sebab itu, pagi hari ini kita akan melihat bagian firman Tuhan untuk melihat bagaimana cara kita bisa mempertahan kekudusan hidup di hadapan Tuhan? 
1.  Mencari Tuhan Dengan Segenap Hati Kita (v. 10)
          Daud adalah orang yang begitu mengasihi Tuhan.  Dalam Mazmur-mazmur yang ditulisnya kita dapat melihat bagaimana di dalam dirinya selalu ada kerinduan untuk mengenal dan mencari Tuhannya.  Mari kita lihat Mazmur 27:4!
         
          Itulah ekspresi dan kerinduan yang Daud cari dalam seluruh kehidupannya, yaitu mencari dan menemukan Tuhan, dn akhirnya ia menemukan Tuhan itu. 

          Kita di jaman ini telah menemukan Tuhan dengan cara yang lebih indah lagi dibandingkan dengan Daud.  Kita telah menemukan Anak Allah yang dinantikan oleh Daud itu.  Kita telah menemukan Penebus dosa yang diharapkan oleh Daud.  Kita telah menemukan Juruselamat yang ditunggu-tunggu oleh Daud itu. 

          Jika pada dulu, Daud hanya dapat memandang ke masa depan dengan penuh pengharapan kepada Allah untuk menantikan Mesias yang akan datang itu, maka kita sekarang dapat melihat ke belakang dan menatap pekerjaan yang luar biasa yang telah dilakukan oleh Tuhan kita Yesus Kristus di atas kayu salib.  Dan di salib itulah kita menemukan Tuhan kita yang sesungguhnya. 

          Lalu apakah arti dari mencari Tuhan dengan segenap hati kita dalam kehidupan ini?  Mencari Tuhan dengan segenap hati itu berarti selalu memiliki kerinduan kepada Tuhan, atau memerlukan Tuhan di atas segalanya yang ada di dunia ini.

          Dan hal ini mencakup semuanya, baik hati kita yang adalah pusat dari emosi, perasaan dan kepercayaan kita, juga seluruh hidup dan kehidupan kita sebagai manusia seutuhnya.  Atau dengan kata lain,  keseluruhan hidup kita sebagai anak-anak Tuhan harus kita arahkan untuk senantiasa memiliki kerinduan untuk hidup menyenangkan hati Tuhan. 

          Cara menyenangkan hati Tuhan dengan hidup kita yang sesuai dengan perintah-perintah Tuhan.  Yesus berkata dalam Matius 22:37, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.”  Dan di bagian lain Yesus menjelaskan bahwa, “Jika kita mengatakan bahwa kita mengasihi Allah, maka kita akan mengikuti atau melakukan apa yang diperintahkanNya.” 
Jadi, mencari Tuhan dengan segenap hati kita adalah dengan cara memiliki hidup yang senantiasa menyenangkan hati Tuhan, yaitu dengan melakukan segala perintah-perintahNya.

Bagaimana cara menjaga kekudusan hidup kita?
2.  Dengan Menyimpan Firman Tuhan Di Dalam Hati Kita  (v.11)
          Bagaimana cara kita menyimpan firman Tuhan dalam hati kita?  Caranya sebenarnya amat sangat sederhana, yaitu dengan menggunakan otak kita yang memiliki kemampuan untuk menampung dan menyimpan memori yang banyaknya luar biasa, termasuk firman Tuhan.  Lalu kita jadikan pedoman dalam hati ini.          

          Namun, proses penyimpanan ini tidak akan ada jika tidak pernah membaca Alkitab kita.  Atau kita membacanya, namun hanya sepintas lalu tanpa memaknainya dengan kesungguhan hati kita.  Oleh sebab itu, agar firman Tuhan tersimpan dengan baik dalam memori kita, mari janganlah kita malas untuk membacanya setiap hari!

          Menyimpan firman Tuhan dalam memori kita merupakan suatu keuntungan yang besar bagi diri kita sendiri.  Salah satunya adalah ketika kita memerlukan firman itu, maka Roh Kudus yang ada dalam diri kita akan mengingatkannya kepada kita.  Ketika kita berbeban berat, lalu kita ingat firman yang mengatakan, “Marilah kepadaKu yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”  Maka hati kita menjadi terhibur.  Ketika kita akan berbohong atau nggosip, lalu kita ingat firman Tuhan, “Jangan mengucap saksi dusta.” Maka kita diingatkan oleh Tuhan dan kita tidak berbohong.  Ketika kita bingung dengan permasalahan-permasalahan yang bertubi-tubi datang dalam hidup ini, lalu kita ingat firman Tuhan, “Serahkanlah seluruh kekuatiranmu kepadaNya, maka Ia akan memberi kelegaan kepadamu.”  Maka kita di ingatkan oleh firman Tuhan dan merasakan bimbingan serta penyertaan Tuhan. 

          Jadi, sebenarnya tanpa kita sadari, dengan menyimpan firman Tuhan dalam memori dan hati kita itu akan membuat hidup kita makin dekat dengan Tuhan.  Sebuah pepatah mengatakan, “The Bible keeps you from sin; sin keeps you from the bible.” Artinya: firman Tuhan akan menjaga kamu untuk tidak berdosa; sebaliknya dosa akan menjauhkan atau menjaga kamu dari firman Tuhan. 
Oleh sebab itu, menyimpan firman Tuhan dalam hati kita sangatlah penting, sepenting cahaya obor di tengah-tengah hutan yang gelap, yaitu untuk membimbing kita menuju jalan yang benar. 

          Namun, sangat disayangkan bahwa kerapkali kita tidak melihat manfaat dari membaca dan menghafal firman Tuhan seperti ini.  Sering kali, yang ada dalam benak pikiran kita ketika diminta untuk membaca dan menghafal firman Tuhan; hal itu malah menjadi beban yang berat sehingga kita menjadi ogah-ogahan.  Betul tidak? 

Berbeda dengan Daud.  Bagi dia, menyimpan firman Tuhan dalam hati membuat dia dapat terus menerus memuji-muji Allah (v.12a).  Bukan  hanya itu saja, ayat 13 menceritakan bahwa dengan menyimpan firman itu dalam hatinya, membuat Daud menjadi orang yang selalu senang untuk menceritakan firman Tuhan.  Dan akhirnya pada ayat 14 dikatakan bahwa ia bergembira atas segala firman yang Allah perintahkan kepadanya.  Bahkan  kegembiraannya dilukiskan seperti seseorang yang mendapatkan harta yang banyak atau kalau boleh saya umpamakan seperti orang yang menang undian Rp. 1 Miliar.  Bagaimana perasaannya? Pasti kegembiraannya meluap-luap. 

Ilustrasi : Ada seorang dokter dan encim-encim!

Dan dari ungkapan Daud ini, saya melihat sebuah perbedaan besar dengan kita jaman ini.  Banyak orang yang mengaku Kristen, mengaku mengasihi Tuhan, mengaku percaya kepada Yesus, namun tidak pernah membaca Alkitab sama sekali, tidak pernah mencoba untuk menghafalkan firman Tuhan, apalagi untuk melakukannya, malahan mungkin ia berkata susah jadi orang Kristen banyak aturannya, banyak gak enaknya daripada enaknya, maksudnya adalah dalam melakukan dosa.

Mari kita ubah konsep kita.  Janganlah malas untuk membaca firman Tuhan dan cobalah untuk menghafal firman Tuhan untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sdr.  Dan ingatlah firman Tuhan akan menjauhkan kita dari dosa, namun sebaliknya dosa akan menjauhkan kita dari firman Tuhan.    

Bagaimana cara menjaga kekudusan hidup kita ?
3.  Dengan Cara Merenungkan Titah-titah Dalam Firman Tuhan (v.15).          
            Titah-titah Tuhan merupakan aturan atau hukum moral bagi tingkah laku setiap manusia.  Titah-titah tersebut diberikan Tuhan kepada manusia dengan suatu tujuan yang sangat jelas.  Tuhan menginginkan agar melalui titah atau hukum yang ada, manusia menjadi manusia yang bermoral, dalam kekudusan dengan kasih dan dalam kebenaran.

          Oleh sebab itu, untuk mencapai cita-cita tersebut kita perlu untuk merenungkan firman Tuhan.  Namun, apakah arti dari merenungkan firman Tuhan?

          Ada beberapa pengertian dari arti merenungkan firman Tuhan.  Pertama, perhatikan ayat 15b.  Dikatakan “Dan mengamat-amati jalan-jalanMu.”  Apa artinya “mengamat-amati”? Artinya adalah memberikan perhatian atau memfokuskan sepenuhnya perhatian atau diri kita kepada sesuatu dalam ayat ini fokus kita perhatikan kepada jalan-jalanNya Tuhan.  Dalam bahasa Inggrisnya lebih tajam lagi “pay attention to seolah-olah seperti membayar dalam bentuk perhatian!

          Yang kedua, arti dari merenungkan firman Tuhan adalah berarti memikirkan terus-menerus tentang firman Tuhan.  Maksudnya mencoba untuk menemukan makna yang lebih dalam lagi tentang kebenaran firman Tuhan dan mencari aplikasi yang baru berdasarkan kebenaran firman Tuhan tersebut.   Hal ini dapat terjadi jika ada keinginan dalam diri kita untuk mempelajari firman Tuhan secara pribadi dengan bantuan buku-buku rohani yang baik dan Alkitabiah. Atau secara gampangannya kita mendalami Alkitab! 

          Sering terjadi salah konsep dalam jemaat, bahwa pendalaman firman Tuhan itu adalah pekerjaan hamba Tuhan saja.  Ini kurang tepat!  Kita semua dituntut suatu hal yang sama, yaitu terus menerus bertumbuh dan salah satunya adalah dengan mempelajari firman Tuhan lebih dalam lagi.


          Arti yang ketiga, adalah menjadikan firman itu bagian dari diri kita.  Dengan kata lain, jadikanlah firman itu sebagai jalan hidup kita atau “the way of life.  Dengan menjadikan firman itu sebagai jalan hidup kita, maka dapat dipastikan bahwa hidup kita akan berubah dan orang lain bisa melihat dan merasakan hal itu.

          Ada sebuah cerita.  Ada seorang raja yang bernama Frederick Agung yang mempunyai hobi istimewa, yakni dia gemar mengoleksi pengawal yang berbadan tinggi besar. 

          Setiap orang yang melamar untuk menjadi pangawalnya harus menjalani masa orientasi dahulu selama sekian waktu, kemudian diwawancarai oleh raja sendiri. 

          Salah satu calon adalah seorang Perancis.  Dia ketakutan dan gemetar karena tidak menguasai bahasa jerman dengan baik.  Tetapi dia mendapatkan penghiburan dari seniornya.  Seniornya itu berkata kepada dia, “Jangan kuatir.  Yang ditanyakan oleh Raja selalu sama.  Pertama beliau akan bertanya, “Berapa umurmu?”  lalu setelah itu ia akan bertanya lagi, “sejak kapan kau masuk masa orientasi?”  Dan terakhir beliau akan bertanya, “Apakah perumahan dan makananmu baik?” hanya itu saja yang akan ditanyakan oleh sang raja, gampang toh, kata seniornya. 
         
Akhirnya calon itu manggut-manggut.  Memang tidak sukar.  Untuk pertanyaan pertama ia akan menjawab, “dua puluh tahun tuan ku”  lalu pertanyaan kedua dia akan menjawab, “satu bulan tuanku.”  Dan pertanyaan ketiga akan dijawabnya, “keduanya tuanku.”

          Akhirnya ia mendapat giliran untuk diwawancarai oleh raja.  Namun di sedang apes pada saat itu karena raja merubah urutan pertanyaan yang ada.  Yang raja tanyakan pertama kali adalah, “sejak kapan kau masuk masa orientasi?” Apa jawab calon pengawa itu? Sesuai dengan hafalannya maka dengan lantang ia menjawab, “dua puluh tahun, tuanku.”

          Raja menjadi bingung, lalu raja bertanya kepada dia sekali lagi, “Berapa umurmu?” Calon itu menjawab sesuai dengan hafalannya lagi, ia berkata “Satu bulan, tuanku.”

          Raja menjadi semakin bingung, akhirnya raja dengan sedikit emosi bertanya untuk terakhir kali kepada calon pengawal itu, “Siapa di antara kita yang gila? Engkau atau aku?”  Dengan lantang karena merasa berhasil menjawab semua pertanyaan raja, calon pengawal itu berkata, “keduanya tuanku!”         

          Jadi sdr, merenungkan firman Tuhan itu bukan berarti kita cuma membaca renungan harian ini saja, namun merenungkan firman itu berarti memfokuskan diri lebih lagi kepada firman Tuhan, mendalaminya dan menjadi pelakunya. 

          Inilah hal-hal yang perlu dilakukan jika kita ingin menjaga kekudusan hidup kita di hadapan Tuhan, yaitu dengan Mencari Tuhan Dengan Segenap Hati, Menyimpan Firman Tuhan Dalam Hati dan Merenungkan titah-titah Firman Tuhan.     



Bertumbuh Bersama Serupa Dengan Kristus


2 Korintus 3:18

          Sejak permulaan jaman, Allah menciptakan manusia serupa dengan gambaran-Nya.  Dan dari semua ciptaan, hanya manusia saja yang diciptakan serupa menurut gambar Allah.

          Ini adalah hak istimewa besar dan memberi kita martabat lebih tinggi dibandingkan dengan ciptaan Tuhan yang lainnya.  Itulah sebabnya kita memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan ciptaan Tuhan yang lain.  Kita memiliki akal budi agar kita bisa berpikir, bernalar atau kemampuan untuk memecahkan masalah.  Selain itu, kita juga memiliki sifat untuk berhubungan, yaitu kita bisa memberi dan menerima kasih sejati, dapat membedakan mana yang salah dan benar, mana yang berkenan kepada Allah dan yang tidak.    
 
          Akan tetapi gambar dan rupa Allah itu telah rusak dan tercemar oleh karena dosa dan pelanggaran kita.  Dan itulah sebabnya, Allah mengutus Tuhan Yesus untuk datang ke dunia, yaitu untuk memulihkan gambar yang lengkap yang telah hilang di dalam diri kita.

          Seperti apakah gambar dan rupa Allah yang lengkap itu? Jawabnya sederhana, yaitu seperti Tuhan Yesus.  Namun, jangan disalahmengertikan.  Saya dan saudara tidak akan pernah bisa menjadi Allah atau dewa.  Itu justru tawaran yang diajukan Iblis untuk menjatuhkan manusia dalam dosa. 

          Jadi, pada saat orang percaya, yaitu kita di minta untuk menjadi serupa dengan Kristus itu artinya kita diminta untuk menjadi bersifat seperti Allah, yaitu mengambil sikap-sikap, nilai-nilai dan karakter-Nya.

          Oleh karena itu, kita semua yang percaya harus mengembangkan karakter kita, bertumbuh secara rohani dan menjadi serupa dengan Kristus.  Karakter yang bagaimana yang harus kita miliki? Lihat Matius 5:1-12; Galatia 5:22-23; 1 Korintus 13.
         
          Mudah’kan? Pasti sulit, tapi janganlah sedih karena pekerjaan mengubah karakter kita bukanlah pekerjaan kita sendiri, melainkan pekerjaan Kuasa Roh Kudus Tuhan.  Namun, bukan berarti kemudian kita menjadi “lepas tangan” dari tanggung jawab untuk mengubah karakter kita.  Melainkan kita perlu bekerjasama dengan Roh Kudus agar karakter kita berubah menjadi serupa dengan Kristus. 

          Bekerjasama yang dimaksud adalah: pertama, kita harus memutuskan untuk melepaskan cara-cara lama dalam bertindak (Efesus 4:22).  Cara lama itu seperti pakaian lama kita, yang sudah usang dan mungkin bau apek.  Jangan dipakai lagi! Tapi kenakan pakaian yang baru, yang bersih dan yang harum. 

          Kedua, kita harus mengubah pola pikir yang lama (Roma 12:2).  Kata “berubahlah” dalam bahasa Yunani itu dipakai kata Metamorfosis, yang mana sekarang kata ini dipakai untuk menggambarkan perubahan seekor ulat menjadi seekor kupu-kupu. Dari sesuatu yang buruk bahkan mungkin menyebalkan berubah menjadi sesuatu yang lain, yang indah dan menyenangkan.  Inilah gambaran indah yang akan terjadi pada secara rohani kita membiarkan Allah memimpin pikiran-pikiran kita. 

          Ketiga, kita harus “mengenakan” karakter Kristus dengan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baru dan saleh.  Mengapa hal ini perlu dilakukan? Karena karakter-karakter yang kita miliki saat ini berasal dari kumpulan kebiasaan-kebiasaan kita.  Kalau saudara terbiasa mengatakan kata-kata kotor, maka dalam percakapan kata-kata kotor itu pasti akan terdengar.  Dan lain sebagainya.  

          Hal berikutnya untuk membantu kita menjadi serupa dengan Kristus adalah dengan menjalin kebersamaan dengan saudara seiman.  Sama seperti bara api, kalau banyak maka ia akan semakin panas.  Tetapi kalau sendiri, maka makin lama akan makin dingin dan kemudian mati.  Oleh sebab itu, semakin saudara memiliki kedekatan/persekutuan dengan saudara seiman, maka saudara akan semakin kuat untuk menjadi serupa dengan Kristus.  Oleh sebab itu, kalau mau bertumbuh jangan hidup sendirian, melainkan hidup dalam persekutuan. 

          Pertanyaannya, apakah jika kita sudah melakukan semuanya itu kemudian kita akan berubah secara instant? Percayalah tidak ada pertumbuhan iman atau keserupaan dengan Kristus yang terjadi secara instant atau dengan waktu yang singkat.  Semuanya memerlukan proses dan tahapan. 

          Kalau boleh diibaratkan, kehidupan saudara dan saya itu seperti sebuah karya yang sedang berjalan.  Perubahan karakter kita untuk serupa dengan Kristus akan berlangsung sepanjang sisa hidup kita di dunia ini.  Dan perubahan ini hanya akan berhenti jika kita sudah sampai ke surga pulang ke rumah Bapa. 

          Di suatu masyarakat primitive, setiap gadis yang akan dipinang harus ditebus dengan ternak.  Gadis yang tidak begitu disukai, ditebus dengan seekor sapi.  Gadis yang biasa, akan ditebus dengan 2 ekor sapi.  Sedangkan gadis yang cantik akan ditebus dengan 3 ekor sapi. 
         
Satu kali datang seorang laki-laki kaya dan tampan ke kampung tersebut untuk mencari seorang istri.  Semua keluarga di kampung itu mengeluarkan anak gadis mereka untuk dipinang laki-laki ini.  Namun, semuanya terkejut dengan keputusan laki-laki ini karena ia mengadakan perundingan dengan pihak keluarga dari seorang gadis yang tidak menawan dan kaku.

Kebanyakan orang kampung itu berpikir bahwa mungkin pria itu hanya menawarkan ayam kepada keluarga gadis itu.  Tetapi pikiran mereka semuanya meleset.  Gadis itu ditukar bukan dengan ayam atau seekor sapi, melainkan dengan 6 ekor sapi import!  Singkat cerita gadis itu dibawa untuk berbulan madu. 

Beberapa bulan kemudian mereka kembali ke kampung itu, tetapi kali ini tidak ada seorang pun yang mengenal gadis itu.  Tubuhnya tidak lagi membungkuk, matanya tidak lagi suram, wajahnya tidak lagi kusam.  Gadis itu kembali menjadi orang yang baru, yang mampu memancarkan kecantikannya dan rasa percaya diri yang kuat. 

Apakah dia baru selesai operasi plastic? Tidak! Itu semua karena suaminya.  Suaminya memulai hubungan dengan gadis itu dengan menunjukkan betapa si istri itu begitu berharga dan penting baginya, sehingga akhirnya si istri mulai melihat dirinya sebagaimana suaminya memandangnya.  Sehingga perubahan “ajaib” terjadi kepadanya. 

Saudara dan saya juga telah ditebus oleh Allah dengan harga yang sangat mahal! Mengapa? Karena saudara dan saya sangat berharga bagi Allah.  Saking berharganya jiwa saudara, Allah Bapa rela melepaskan Anak yang dikasihi-Nya untuk mati di kayu salib.  Saudara tidak ditebus dengan 6 ekor sapi, saudara dan saya ditebus dengan darah suci dari Kristus Yesus. 

Itu karena saudara dan saya sangat berharga! Apakah saudara sudah melihat diri seperti Allah melihat saudara? Jika sudah jangan sia-siakan apa yang sudah Allah lakukan buat saudara, berubahlah, perbaharui sikap hidupmu yang rusak, perbaikilah pikiranmu yang sesat, hiduplah dalam Roh Kudus Allah karena memang demikianlah saudara dan saya seharusnya hidup untuk menjadi serupa dengan Kristus.